Entri Populer

Kamis, 24 Juli 2014

Pita Manis untuk Hanna

 

            Cakrawala mulai memerah memunculkan sang surya dengan cahaya yang menelisik hingga pelosok negeri. Wajah anggun sang mentari menyapa jiwa-jiwa kemenangan. Hari yang amat ceria, pakaian bersih serba baru. Tampak beberapa anak kecil berlarian kecil di halaman menyambut hari suci. Hari ini hari kemenangan bagi umat islam. Hari Raya Idul Fitri, hari yang dinantikan sekian juta umat manusia di bumi. Setelah pahit getir menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Semua orang berlomba-lomba memohon maaf atas khilafnya, menjalin silaturrahim ke berbagai kerabat.
            Gema takbir menggetarkan jiwa. Hanna terbangun dengan wajah kusut menahan kantuk. Kembali Hanna menarik nafasnya dalam-dalam, melihat ruangan yang kembali sama. Hari ini adalah hari yang sangat dinanti umat muslim, namun kenyataan berbeda dengan kondisinya saat ini. Hanna terbaring kaku di ranjang rumah sakit dengan belalai infus yang membelit di tangan kirinya. Disebelahnya, ada ibu. Ya.. Ibu yang selalu menemani Hanna.
            “Sudah bangun nak? Alhamdulillah kondisi Hanna sudah membaik sayang.” Sahut ibu dengan belaian lembut di rambut Hanna.
            Hanna hanya tersenyum tipis. Tak ingin dilihat sedih oleh ibunya yang memperjuangkan segalanya demi Hanna. Ingin sekali rasanya ia bangun lalu bermain bersama anak sebayanya yang kini tengah menikmati Hari Raya dengan gembira. Memakai baju baru yang masih tercium aroma toko, wajah baru, semangat baru, namun beranjak dari ranjang saja ia jatuh bangun. Hanna gadis kecil berumur 11 tahun yang mengidap penyakit keras, Leukimia. Ia menderita penyakit kekurangan sel darah putih ini sejak berumur 9 tahun. Hatinya selalu ingin bebas, bebas dari segala yang mengikatnya. Namun Tuhan belum mengizinkan Hanna untuk kembali bebas bermain hingga pada hari ini Hanna masih terkukung lemah di dalam ruangan rumah sakit.
            Lain halnya dengan gadis mungil sebaya. Gadis yang memiliki kepribadian yang amat baik. Matanya bulat, pipinya bertirus dengan lesung pipit yang amat memukau. Ia mengenakan baju sederhana berbeda dengan temannya yang lain. Ia sedang mempersiapkan kue cantik dengan hiasan pita manis di atasnya. Trias, nama yang amat cantik secantik hati yang ia miliki. Trias sahabat seperjuangan Hanna. Trias amat merindukan sahabat kecilnya, Hanna. Semenjak Trias pindah rumah ke daerah Bandung, Trias amat jarang bertemu Hanna. Hingga pada hari ini ia ingin memberikan kado kecil yang ia bingkis amat cantik untuk Hanna.
            Trias ke Semarang kediaman Hanna bersama mama dan papanya. Keluarga kecil yang amat bahagia. Selama perjalanan Trias memimpikan kue dengan pita yang amat cantik menghiasinya dinikmati bersama sahabat lamanya. Sahabat suka dan dukanya dulu. Sesampainya di rumah sakit Trias merasakan sesuatu yang amat berbeda, rasa senang yang amat luar biasa. Trias masuk ke dalam ruang VIP tempat dimana Hanna sedang diikat oleh penyakitnya. Tidak ada kejutan, Trias tidak ingin menggangu Hanna, namun dengan cinta yang amat luar biasa sebagai seorang sahabat karib.
            “Happy birthday Hannaaaa…” trias berlari menuju ranjang Hanna lalu memeluk erat kawan lamanya yang  sedang berulang tahun. Genap sudah usia Hanna kini 11 tahun. Dengan perasaan begitu gembiranya Hanna menitikkan air mata kesenangan yang luar biasa.
            “Terima kasih Trias, aku rindu kamu. Kenapa kamu tidak menghubungiku?” Hanna masih memeluk Trias dengan air mata yang membanjiri pipinya.
            Genap sudah usia Hanna menginjak 11 tahun. Tak terasa 2 tahun sudah ia melawan sakit yang amat ganas menggrogoti tubuh mungilnya. Hingga didetik-detik hari kemenangan dan tepat di hari ulang tahunnya, ia menghembuskan nafas terakhir dengan membawa sejumput kesenangan yang tak akan dapat tertukar. Hari ini batu besar sedang menghujat jiwa yang menyayangi Hanna. (BEALOVE//RIFDAVIRANA)

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar