Cakrawala mulai memerah memunculkan
sang surya dengan cahaya yang menelisik hingga pelosok negeri. Wajah anggun
sang mentari menyapa jiwa-jiwa kemenangan. Hari yang amat ceria, pakaian bersih
serba baru. Tampak beberapa anak kecil berlarian kecil di halaman menyambut
hari suci. Hari ini hari kemenangan bagi umat islam. Hari Raya Idul Fitri, hari
yang dinantikan sekian juta umat manusia di bumi. Setelah pahit getir
menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Semua orang berlomba-lomba memohon
maaf atas khilafnya, menjalin silaturrahim ke berbagai kerabat.
Gema takbir menggetarkan jiwa. Hanna
terbangun dengan wajah kusut menahan kantuk. Kembali Hanna menarik nafasnya
dalam-dalam, melihat ruangan yang kembali sama. Hari ini adalah hari yang
sangat dinanti umat muslim, namun kenyataan berbeda dengan kondisinya saat ini.
Hanna terbaring kaku di ranjang rumah sakit dengan belalai infus yang membelit
di tangan kirinya. Disebelahnya, ada ibu. Ya.. Ibu yang selalu menemani Hanna.
“Sudah bangun nak? Alhamdulillah
kondisi Hanna sudah membaik sayang.” Sahut ibu dengan belaian lembut di rambut
Hanna.
Hanna hanya tersenyum tipis. Tak
ingin dilihat sedih oleh ibunya yang memperjuangkan segalanya demi Hanna. Ingin
sekali rasanya ia bangun lalu bermain bersama anak sebayanya yang kini tengah
menikmati Hari Raya dengan gembira. Memakai baju baru yang masih tercium aroma
toko, wajah baru, semangat baru, namun beranjak dari ranjang saja ia jatuh
bangun. Hanna gadis kecil berumur 11 tahun yang mengidap penyakit keras,
Leukimia. Ia menderita penyakit kekurangan sel darah putih ini sejak berumur 9
tahun. Hatinya selalu ingin bebas, bebas dari segala yang mengikatnya. Namun
Tuhan belum mengizinkan Hanna untuk kembali bebas bermain hingga pada hari ini
Hanna masih terkukung lemah di dalam ruangan rumah sakit.
Lain halnya dengan gadis mungil
sebaya. Gadis yang memiliki kepribadian yang amat baik. Matanya bulat, pipinya
bertirus dengan lesung pipit yang amat memukau. Ia mengenakan baju sederhana
berbeda dengan temannya yang lain. Ia sedang mempersiapkan kue cantik dengan hiasan
pita manis di atasnya. Trias, nama yang amat cantik secantik hati yang ia
miliki. Trias sahabat seperjuangan Hanna. Trias amat merindukan sahabat
kecilnya, Hanna. Semenjak Trias pindah rumah ke daerah Bandung, Trias amat
jarang bertemu Hanna. Hingga pada hari ini ia ingin memberikan kado kecil yang
ia bingkis amat cantik untuk Hanna.
Trias ke Semarang kediaman Hanna
bersama mama dan papanya. Keluarga kecil yang amat bahagia. Selama perjalanan
Trias memimpikan kue dengan pita yang amat cantik menghiasinya dinikmati
bersama sahabat lamanya. Sahabat suka dan dukanya dulu. Sesampainya di rumah
sakit Trias merasakan sesuatu yang amat berbeda, rasa senang yang amat luar
biasa. Trias masuk ke dalam ruang VIP tempat dimana Hanna sedang diikat oleh
penyakitnya. Tidak ada kejutan, Trias tidak ingin menggangu Hanna, namun dengan
cinta yang amat luar biasa sebagai seorang sahabat karib.
“Happy
birthday Hannaaaa…” trias berlari menuju ranjang Hanna lalu memeluk erat
kawan lamanya yang sedang berulang
tahun. Genap sudah usia Hanna kini 11 tahun. Dengan perasaan begitu gembiranya
Hanna menitikkan air mata kesenangan yang luar biasa.
“Terima kasih Trias, aku rindu kamu.
Kenapa kamu tidak menghubungiku?” Hanna masih memeluk Trias dengan air mata
yang membanjiri pipinya.
Genap sudah usia Hanna menginjak 11
tahun. Tak terasa 2 tahun sudah ia melawan sakit yang amat ganas menggrogoti
tubuh mungilnya. Hingga didetik-detik hari kemenangan dan tepat di hari ulang
tahunnya, ia menghembuskan nafas terakhir dengan membawa sejumput kesenangan
yang tak akan dapat tertukar. Hari ini batu besar sedang menghujat jiwa yang
menyayangi Hanna. (BEALOVE//RIFDAVIRANA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar